Bergeser Dari Misi
Assalamualaikum Wr.Wb
Semoga kita semua masih diberikan keberkahan dan nikmat dari Allah SWT 😇
Kali ini saya akan membahas topik tentang 2 maskapai milik BUMN di negeri ini yaitu "Garuda Indonesia" dan "Merpati Nusantara Airlines"
Ya.. siapa yang gak mengenal 2 maskapai ini namun yang lebih dikenal oleh masyarakat sekarang adalah "Garuda Indonesia" karena pada bulan februari 2014 MNA sudah tidak terbang lagi hingga sekarang
Semua mungkin bertanya tanya mengapa MNA sekarang tidak terbang kembali ?...mungkin jawabannya ada pada pembahasan kali ini.
Sebelumnya saya membahas topik ini bukan menyalahkan pihak manapun tetapi untuk sebagai bahan perbaikan manajemen penerbangan khususnya di Indonesia dan semoga pemerintah bisa berbenah dalam masalah ini...Aamiin
--------------------
Maskapai Penerbangan Nasional
"Garuda Indonesia"
Mungkin sebagian masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi dengan maskapai yang satu ini.Bahkan banyak yang ingin sekali terbang dengan maskapai ini karena pelayanannya dinilai memuaskan walaupun banyak yang akhirnya belum kesampaian 😁😁😁
Garuda Indonesia (PT Garuda Indonesia Persero TBK) adalah maskapai penerbangan nasional Indonesia. Garuda berstatus sebagai "Flag Carrier" Indonesia yang menjadi duta bangsa menghubungkan kota-kota besar di Indonesia,Asia dan dunia.
Tahun 2008, Garuda telah menerima sertifikasi IATA Operational Safety Audit (IOSA) dari IATA, yang berarti bahwa Garuda telah memenuhi standar keselamatan penerbangan internasional.
Garuda juga masuk dalam daftar maskapai bintang 4 dari SkyTrax karena telah lama memiliki kinerja dan pelayanan cukup baik.Dan Tahun 2014, Garuda Indonesia bergabung dengan aliansi penerbangan SKYTEAM.
Sebelumnya tahun 2012, Garuda Indonesia mendapat penghargaan Best International Airline bersama maskapai kelas dunia lainnya,dengan 91% penumpang menyatakan sangat puas dengan pelayanan maskapai ini.
Garuda juga merupakan sponsor SEA Games 2011 dan telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan salah satu klub sepak bola di negeri Ratu Elizabeth yaitu Liverpool FC.
Pada tahun 2013 Garuda Indonesia mendapatkan penghargaan World Best Economic Class dan World Best Economic Seat Class.Garuda Indonesia telah sukses menempati posisi ke-8 sebagai maskapai penerbangan terbaik versi SkyTrax.
Garuda juga memiliki anak perusahaan seperti :
● Abacus Distribution Systems Indonesia.
● Aero Systems Indonesia.
● AeroWisata.
● Citilink : Maskapai berbiaya murah (LCC).
● GMF AeroAsia : Hanggar pemeliharaan pesawat.
Sekarang Garuda Indonesia memiliki 146 armada (+160 pesanan) dan memiliki 133 rute (60 rute Domestik, 73 rute International). Armadanya diantaranya Boeing 737-800 Next Generation, Airbus A330-200/300, Boeing 777-300 Extended Range, ATR 72-600, Bombardier CRJ 1000 dan si kanjeng ratu Boeing 747-400 yang baru saja pensiun.
"Merpati Nusantara Airlines"
Di jajaran lainnya, Merpati Nusantara Airlines adalah salah satu perusahaan penerbangan nasional domestik di Indonesia yang awalnya adalah untuk melayani rute penerbangan perintis di pelosok-pelosok Tanah Air.
Merpati "lahir" berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 1962. Awalnya, Merpati memiliki armada jenis De Havilland Otter/DHC-3 (4 unit) dan Dakota DC-3 (2 unit) yang merupakan pesawat hibah dari TNI AU. Ketika itu diketahui modal awal perusahaan berupa uang rupiah lama sejumlah Rp 10 juta. Para pilot dan teknisi dipasok dari AURI, Garuda, dan perusahaan penerbangan sipil lainnya.
Di tahun 2014, tepatnya sejak Februari, MNA sudah tidak terbang lagi, bahkan konon para pilot dan pegawainya sudah tidak menerima gaji lagi. Jadi di tahun itu kita semua diajak turut menyaksikan kebangkrutan maskapai penerbangan perintis MNA.
Banyak sekali pertanyaan yang muncul tentang bagaimana hal tersebut bisa terjadi ? Perusahaan negara yang banyak memperoleh kemudahan dan bersubsidi itu bisa gagal total dalam berkiprah di lapangannya sendiri.
Dulu,orang dapat melihat dengan jelas bahwa maskapai penerbangan Garuda adalah maskapai "Sang Pembawa Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia" ,duta bangsa yang menghubungkan kota-kota besar di dalam dan luar negeri. Dengan demikian terlihat jelas bahwa Garuda memang mengoperasikan pesawat-pesawat terbang yang berbadan besar. Di sisi lain, MNA adalah maskapai yang menerbangi rute-rute terpencil di banyak daerah yang terisolasi di pelosok negeri ini dan tentu saja harus menggunakan pesawat-pesawat yang kecil ukurannya.
Kedua maskapai dengan tugas yang sangat berbeda itu berkiprah dengan misi yang sangat mulia, yaitu menjaga keutuhan NKRI dengan merajut jaring-jaring persatuan bangsa dengan jalan menyelenggarakan fungsi pemerintahan di sektor jasa angkutan udara. Dengan tugas masing-masing, Garuda dan MNA adalah penyandang gelar agen pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bergeser Dari Misi
Belakangan ini kita semua melihat bagaimana Garuda yang telah go public mulai membeli pesawat kecil untuk masuk ke rute "perintis".
Sementara sang burung merpati, MNA,waktu itu juga sudah memiliki pesawat berukuran relatif besar, bahkan menerbangi rute penerbangan hingga ke luar negeri.Seolah telah meninggalkan daerah kumuh terpencil di pelosok negeri yang sangat menggantungkan kelangsungan hidupnya dari sektor jasa perhubungan udara.
Sampai di sini kelihatan bahwa orientasi dari sang Garuda dan Merpati telah cukup jauh bergeser. Sudah menjadi rancu siapa yang berperan sebagai The Flag Carrier,Duta Bangsa, dan siapa pula yang seharusnya berperan sebagai ujung tombak "pahlawan" sang penembus daerah terpencil di pelosok negeri kepulauan terbesar di dunia ini.
Dari kedua hal tersebut ada hal yang sangat menarik sekali dalam kancah dunia penerbangan nasional, yaitu pertama kali dalam sejarah Garuda sudah "dikalahkan" oleh maskapai penerbangan swasta, baik dalam jumlah kepemilikan pesawat terbang maupun jumlah rute penerbangannya. Garuda, maskapai penerbangan milik pemerintah yang dapat banyak kemudahan dan subsidi serta telah meraih berbagai penghargaan setiap indikator berkualitas standar Internasional dengan usia "beda tipis" dengan usia pemerintahan RI, dikalahkan oleh maskapai yang baru lahir kemarin sore.
Ternyata memang di balik tumbangnya banyak maskapai pemain lama telah muncul pemain baru yang membawa angin segar dalam industri penerbangan nasional. Tak semua pemain baru cukup lihai "berakrobat" dalam bisnis penerbangan yang terlihat glamor, mewah, dan seksi itu.
Persaingan yang menjurus ke hal kurang sehat tak dapat dihindarkan sebagai akibat dari terbatasnya pengetahuan tentang dunia penerbangan terutama dalam masalah teknis dari para pengelolanya. Dari pergumulan yang demikian "heboh" sepanjang lebih kurang satu-dua dekade, hasil akhir sementara adalah di sektor penerbangan perintis sudah tidak terlihat lagi MNA.
Di rute "gemuk" terlihat satu dua maskapai yang sanggup tampil dengan gagah perkasa. Dan yang paling menonjol adalah prestasi satu maskapai yang ternyata memperoleh izin serta perlakuan yang agak istimewa untuk dapat mengelola 3 perusahan penerbangan sekaligus, yaitu yang dapat bermain di penerbangan perintis, penerbangan berbiaya murah, dan juga di segmen penerbangan premiun yang tadinya seolah hanya milik Garuda.
Pada prinsipnya, Garuda dan MNA harus tetap berperan sebagai agen pembangunan nasional Indonesia. Garuda sebagai pembawa bendera dan duta bangsa, sementara Merpati Nusantara Airlines sebagai jembatan udara penerbangan perintis di daerah-daerah terpencil.
Namun saat ini MNA sudah tidak mampu untuk terbang lagi. Rute MNA yang tadinya dilayani dengan subsidi pemerintah sehingga meringankan rakyat dengan harga dengan relatif murah di pedalaman, kini telah menjadi arena "bancakan" bagi maskapai penerbangan lainnya, yang orientasinya semata mencari keuntungan. Masyarakat daerah terpencil merasa kehilangan MNA yang selalu setia melayani dengan tarif yang sangat bersahabat dengan kemampuan mereka.
Maskapai swasta sangat masuk akal bila mereka tidak mungkin menjual tiket murah, semurah tarif MNA di sana, karena selain tidak memperoleh subsidi pemerintah, mereka memang orientasi utamanya adalah bisnis alias cari duit.
MNA adalah sebuah maskapai milik negara yang bernaung di bawah Kementrian BUMN. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, jajaran direksi dan komisaris telah berganti berulang-ulang, sementara krisis keuangan tidak juga kunjung dapat diatasi. Disini terlihat bahwa bagaimana Kementerian BUMN tidak berhasil mengidentifikasi masalah utama yang tengah dihadapi oleh MNA di lapangan dan di jajaran manajemennya. Itulah yang menyebabkan solusi yang diambil Kementerian BUMN tidak atau kurang berhasil membuat MNA tetap eksis. Perkembangan terakhir perusahaan maskapai plat merah ini akhirnya dibangkrutkan oleh pemerintah.
Dalam mencari solusi masalah kebangkrutan MNA, sebenarnya,apabila pemerintah tetap berorientasi pada misi pelayanan masyarakat di daerah terpencil, dipastikan masih banyak cara lain sebagai jalan keluar untuk dapat mengatasinya. Contoh yang sederhana adalah menghimpun kebutuhan pemerintah daerah akan terselenggaranya sarana perhubungan udara yang dapat memanfaatkan jaringan dan infrastruktur yang sudah dibangun oleh MNA di daerah. Di sisi lain, pemerintah seharusnya dapat saja mengambil kebijaksanaan yang dapat memberikan fasilitas dan perizinan rute penerbangan tertentu untuk dikelola di daerah sesuai kebutuhan pasar setempat. Di sini memang harus ada kemauan yang kuat dari pemerintah (will to govern) dan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pelayanan masyarakat (public service obligation) di bidang transportasi udara wilayah penerbangan perintis.
-------------------------
Demikian topik yang bisa saya sampaikan dan saya berharap mudah mudahan Merpati Nusantara Airlines bisa kembali dari mati surinya dan bisa mengudara sesuai misinya yaitu sebagai jembatan udara penerbangan perintis di daerah-daerah terpencil.
Semoga topik ini bermanfaat dan bisa menjadi evaluasi serta perbaikan terhadap transportasi udara.
Nantikan topik-topik selanjutnya
Wassalamualaikum Wr.Wb
Sumber : wikipedia : Garuda Indonesia
Merpati Nusantara Airlines
Buku "BELIEVE IT OR NOT" Dunia Penerbangan Indonesia Terbang Aman dan Nyaman Walau Banyak Masalah
Komentar
Posting Komentar