Bahayanya Abu Vulkanik Bagi Penebangan✈️✈️✈️

Assalamualaikum Wr.Wb

Semoga kita semua masih diberikan nikmat sehat dan panjang umur sehingga kita masih bisa melakukan aktivitas pada hari ini.😊😇

Pada kesempatan kali ini,saya akan membahas topik yang didasari kejadian yang sedang terjadi saat ini yaitu meletusnya Gunung Agung yang ada di Bali.🌋🌋

Meletusnya Gunung Agung ini menyebabkan ribuan warganya harus mengungsi dan perekonomian serta penerbangan di Bandara Ngurah Rai,Bali ditutup dan ribuan penerbangan dari dan menuju bali dibatalkan.🛫🛬🌋

Banyak yang bertanya..Mengapa harus ditutup penerbangan ke Bali ? Apa bahayanya abu vulkanik bagi penerbangan ? Apakah pernah ada kejadian penerbangan saat gunung sedang erupsi ?🌋✈️

Dan dari sinilah,akhirnya topik ini muncul dan semoga ini menjadi jawaban bagi pertanyaan yang bermunculan.📄

Sebelumnya mari kita doakan saudara kita yang di Bali mudah-mudahan diberikan kekuatan dan ketabahan atas bencana yang sedang dialami saat ini,tidak ada korban jiwa dan semoga setelah letusan Gunung Agung telah berakhir masyarakat bisa hidup normal seperti sedia kala..Aamiin 😇😇😇

                             ----------------------

Sudah sejak hari senin Bandara Ngurah Rai,Bali resmi ditutup karena meletusnya Gunung Agung dan telah munculnya abu vulkanik di ketinggian 25.000 Feet (menurut badan prakiraan cuaca di Perth).

Ribuan penumpang banyak terlantar dan penerbangan dari dan menuju ke Bali dibatalkan.
Sebagian penumpang memilih mengembalikan tiketnya dan beralih ke transportasi darat.

"Sebenarnya seberapa bahayakah abu vulkanik bagi penerbangan ?"

Seperti yang diketahui,abu vulkanik dari erupsi gunung berapi sangat berbahaya bagi penerbangan terutama bagi pesawat itu sendiri.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh NASA, debu gunung berapi bisa merusak fungsi baling-baling pada pesawat turboprop atau mesin jet dalam pesawat turbofan, komponen vital dalam penerbangan.Hingga saat ini,pesawat belum memiliki pendeteksi abu vulkanik.

Abu vulkanik sendiri mengandung silika,debu silika yang ukurannya sangat kecil, diameternya antara 6 mikron hingga 2 mm, bisa terbawa angin dengan mudah, dan karena terlontar dari kawah gunung berapi, maka debu bisa membubung tinggi hingga ketinggian jelajah pesawat.

Karena saking kecil dan ringannya, debu gunung berapi sulit untuk dihilangkan, dan membutuhkan waktu yang lama untuk hilang sepenuhnya jika tidak segera diambil tindakan.
Jika hal ini terjadi dan dibiarkan, maka dalam jangka waktu lama debu yang menempel dalam badan atau komponen pesawat bisa menyebabkan retakan-retakan halus di bodi pesawat.

Retakan di badan pesawat, sekecil apa pun, tentu sangat membahayakan. Sebab, badan pesawat didesain agar bisa "mengembang" dan "mengempis" saat di udara dan di darat, menyesuaikan tekanan udara.

Debu silika gunung berapi memiliki titik leleh pada suhu 1.100˙C .Lelehan itu bisa menempel dan melumerkan komponen bilah-bilah turbin di dalam mesin jet, atau nozzle, yang dalam pesawat jet modern suhunya bisa mencapai 1.400˙C dan debu silika bisa membeku.Jika mesin pesawat terus dilalui debu vulkanik dalam jumlah banyak,dapat menyebabkan mesin pesawat mati.

Debu gunung berapi juga bisa merusak kaca depan pesawat. Debu silika memiliki kontur yang tajam. Jika ditabrak dengan kecepatan tinggi, maka kumpulan debu itu bisa membuat kaca depan pesawat tersayat-sayat, pandangan pilot pun jadi terbatas.

Abu vulkanik yang menempel di pesawat dalam jumlah banyak juga akan merusak aliran udara di sekitar badan pesawat dan justru menjadi penghambat laju (drag).

Pesawat yang baru saja melintasi area abu vulkanik akan mendapatkan pengecekan secara menyeluruh. Hal ini untuk memastikan tidak ada residu-residu abu vulkanik yang menempel di badan pesawat.

Jika ada komponen-komponen yang terdampak, seperti rusak atau berubah bentuk karena terkikis, juga harus diganti secepatnya.

Pada tanggal 24 Juni 1982 Pesawat Boeing 747-200 milik British Airways penerbangan BA009,No Registrasi G-BDXH dengan rute London-Perth-Auckland terpaksa mendarat darurat di Bandara Halim Perdanakusuma setelah transit dari Kuala Lumpur Menuju Perth,Australia.

Pesawat saat itu terbang menuju ke Perth,Australia melewati Jakarta dan saat itu Gunung Galunggung sedang erupsi.

Dan benar saja,di tengah perjalanan, saat melintasi Pulau Jawa, Indonesia, BA009 terperangkap di tengah abu letusan Gunung Galunggung.

Empat mesin B747 tersebut mati karena menyedot debu silika Gunung Galunggung. Pilot kemudian memutuskan untuk menurunkan ketinggian jelajah dari 36.000 kaki ke 12.000 kaki. Beruntung, pilot akhirnya berhasil kembali menyalakan mesin pesawat setelah terbang di ketinggian yang lebih rendah dan terbebas dari kepungan abu vulkanik.

Jika tidak segera menurunkan ketinggian dan terbebas dari kepungan abu vulkanik, bisa jadi malapetaka yang lebih besar tidak terhindarkan saat itu, seperti pesawat yang bakal mengalami disintegrasi dan sebagainya.

BA009 kemudian mengalihkan pendaratannya di bandara terdekat, yaitu Halim Perdanakusuma, Jakarta.

248 Penumpang Dan 15 Awak Pesawat selamat dalam peristiwa ini.

Dan untuk mengenang kejadian tersebut,sebagian komponen bilah pesawat serta komponen lain disimpan di museum Melbourne,Australia.

Selain itu insiden diangkat Dalam Sebuah Acara Serial TV Air Crash Investigation Yang Berjudul "All Engines Failed!".

                                     --------------------

Oke itulah sedikit topik tentang bahayanya abu vulkanik bagi penerbangan.Semoga bisa menjadi jawaban dan bisa menambah ilmu dan pengetahuan tentang penerbangan.

Dan saya sampaikan bahwa topik ini bukan untuk menyalahkan pihak-pihak manapun.Tapi untuk pelajaran evaluasi kedepannya tentang pentingnya keamanan dan keselamatan penerbangan khususnya di negeri pertiwi ini.

Mohon maaf bila ada kata-kata yang salah dan kurang berkenan karena manusia memang tak luput dari salah😇😊

Semoga bermanfaat dan nantikan topik topik menarik selanjutnya...See you😊🤗

Wassalamualaikum.Wr.Wb

Sumber :

- Wikipedia British Airways penerbangan 009
- Kompas.com "Seperti Apa Bahaya Debu Gunung Berapi Bagi Pesawat Terbang ?"



Komentar